TIMES PANDEGLANG, BANDUNG – Upaya memperluas akses pendidikan kesehatan reproduksi bagi seluruh remaja, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, kembali ditegaskan oleh Perwakilan Kemendukbangga / BKKBN Jabar.
Melalui Workshop Edukasi Kesehatan Reproduksi, Gizi dan Perencanaan Masa Depan yang digelar di SLB Negeri Cicendo, Bandung, pemerintah menunjukkan komitmen untuk menghadirkan ruang belajar yang inklusif dan setara.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari workshop tingkat nasional yang berlangsung pada 12 November 2025.
Di Jawa Barat, sebanyak 39 siswa jenjang SMP mengikuti pelatihan tersebut. Dua Juru Bahasa Isyarat (JBI) hadir mendampingi selama kegiatan berlangsung, memastikan seluruh materi dapat diterima secara utuh oleh para peserta yang memiliki keterbatasan pendengaran.
Fokus utama kegiatan adalah pengenalan isi dan struktur Modul Tentang Kita, sebuah modul inklusif yang disusun untuk membantu remaja memahami aspek penting terkait kesehatan reproduksi, pemenuhan gizi, serta perencanaan masa depan secara menyeluruh.
Materi disajikan dalam bentuk visual dan interaktif, sehingga mudah dipahami oleh siswa SLB.
Plh Sekretaris Badan Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jabar, Andina Dewi Lestari menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar agenda pelatihan, melainkan wujud nyata dari tanggung jawab pemerintah dalam memastikan tidak ada remaja yang tertinggal dalam akses pendidikan kesehatan.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap terwujudnya lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan remaja tuli, sehingga mereka dapat merencanakan masa depan dengan lebih baik dan penuh keyakinan,” ujarnya.
Pihak sekolah menyambut baik inisiatif ini. Neni Satriani, mewakili Kepala SLBN Cicendo, menyampaikan bahwa kebutuhan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan perencanaan masa depan sangat penting bagi para siswa berkebutuhan khusus, Kamis (20/11/2025).
“Kami berharap kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan di SLB karena para siswa membutuhkan informasi terkait kesehatan reproduksi, edukasi gizi dan perencanaan masa depannya,” kata Neni.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan workshop ini, Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat menegaskan kembali komitmennya untuk terus mengembangkan program yang adaptif dan berkeadilan.
Pendekatan inklusif diyakini mampu memperkuat pengetahuan remaja tuli, sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi masa depan.
Melalui kolaborasi dengan sekolah, tenaga pendidik, serta dukungan Juru Bahasa Isyarat, program ini menjadi langkah strategis untuk memastikan literasi kesehatan reproduksi tidak hanya menyasar remaja umum, tetapi juga mereka yang memiliki ragam kebutuhan khusus.
Pemerintah berharap, semakin banyak remaja tuli yang mampu memahami tubuhnya, menjaga kesehatannya dan merencanakan hidup dengan lebih baik—sebagai bagian dari upaya membangun generasi muda Jawa Barat yang sehat, mandiri dan inklusif. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Edukasi Inklusif untuk Remaja Tuli: BKKBN Jabar Perkuat Literasi Kesehatan Reproduksi
| Pewarta | : Djarot Mediandoko |
| Editor | : Ronny Wicaksono |