TIMES PANDEGLANG, BLORA – Desa Sumurboto, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, masih memegang erat identitasnya sebagai sentra kerajinan anyaman bambu.
Di tengah derasnya arus modernisasi, warisan budaya lokal ini tetap bertahan sebagai sumber penghidupan sekaligus kebanggaan masyarakat. Catatan tersebut mengemuka pada Rabu (17/9/2025).
Lurah Sumurboto, Suprapti, menegaskan bahwa kerajinan bambu di desanya merupakan keterampilan yang diwariskan secara turun-temurun dan hingga kini tetap diminati.
“Kami berupaya menjaga agar kerajinan ini tetap hidup. Selain memberikan tambahan ekonomi bagi warga, anyaman bambu juga menjadi ciri khas Desa Sumurboto yang patut dibanggakan,” ujarnya.
Salah satu sosok yang masih setia menekuni tradisi ini adalah Mbah Sawit, perajin yang dikenal mahir membuat dunak (wadah) dari anyaman bambu yang masih diproduksi manual hingga kini. Satu buah dunak dijual seharga Rp10 ribu, sedangkan untuk kulakan biasanya dihargai Rp7 ribu.
Dengan kesederhanaannya, Mbah Sawit bahkan kerap membawa hasil karya tangannya sendiri ke arah Kunduran menggunakan bus umum.
Dukungan untuk menjaga kelestarian kerajinan bambu Sumurboto juga datang dari Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Perindustrian dan UMKM.
Beberapa kali, dinas memberi ruang pameran dalam berbagai kegiatan tingkat kabupaten maupun provinsi untuk memperkenalkan produk anyaman khas desa tersebut.
Meski sederhana, hasil kerajinan ini masih laku di pasaran. Kami bersyukur masih ada warga yang setia merawat keterampilan ini,” tegas Lurah Suprapti.
Kerajinan anyaman bambu Sumurboto membuktikan bahwa warisan tradisi tidak serta-merta tenggelam oleh modernisasi. Ia tetap tumbuh, memberi napas ekonomi bagi masyarakat, sekaligus menjaga identitas budaya pedesaan Blora. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bertutur Lewat Bambu: Tradisi, Ekonomi dan Kebanggaan Warga Sumberboto Blora
Pewarta | : Ahmad Rengga Wahana Putra [MG-301] |
Editor | : Ronny Wicaksono |